SEJARAH NAGARI KOTO BARU SIMALANGGANG
Asal mula Nagari Koto Baru Simalanggang ialah dibentuk dari berkembangnya Masyarakat dalam Daerah (Dusun) Koto Pudiang, sebagian masyarakat mencari tempat-tempat pemukiman yang baru sekali gus untuk dijadikan daerah bercocok tanam ( bertani). Usaha ini mengembang ke arah selatan dari tempat/Dusun mereka bermukim semula, daerah /dusun tersebut bernama Koto Pudiang yang masih ditumbuhi semak belukar yang banyak ditumbuhi/tumbuh batang Tibarau, dan daerah baru ini dinamai dengan nama Koto Tibarau.
Kemudian karena daerah ini dianggap subur dan memadai untuk meraka hidup dan bercocok tanam sekaligus untuk daerah pemukiman tempat tinggal yang baru, maka diadakanlah pemufakatan mereka untuk membuka daerah baru itu dengan jalan mencangkul/merambah semak belukar yang kebanyakan batang tibarau. Kemudian semak belukar batang tibarau langsung dibakar dengan mengeluarkan asap yang menjulang tinggi keudara yang kelihatan dari dusun koto pudiang.
Daerah koto pudiang tersebut diatur oleh seorang raja (rajo) yang bernama Engku Bandaro dengan didampingi oleh enam orang pembantu yang disebut dengan dengan penghulu.
Melihat keadaan ini engku bandaro membawa pembantu-pembantu beliau tersebut untuk meninjau dimana asap berasal, sesampainya Raja (Rajo) Engku Bandaharo dengan pembantu (penghulunya) pada asal asap tersebut, maka beliau dapati masyarakat yang sedang bekerja mengumpulkan, merambah dan membakar semak belukar yang mengeluarkan asap.pada saat itu tempat yang ditemui tersebut belum ada nama, dan atas kebijakan Raja (Rajo) Engku Bandaharo tersebut. Tempat yang beliiau temui masyarakat tersebut diberinama sesuai dengan asap berkumpul yaitu (berkebu-kebun) dan sampai sekarang daerah tersebut dinamakan dengan kobun-kobun.
Setelah daerah ini diberina selanjutnya Rajo Engku Bandaro Melanjutkan Perjalanan beliau bersama dengan Pembantu-pembantu beliau menuju arah Barat (Arah ke balai Adat/Kantor Wali Nagari Sekarang) mereka berhenti di persimpangan jalan di depan balai adat sekarang .
Sebelum Raja (Rajo) Engku Bandaharo meneruskan perjalanannya beliau meliahat daerah disekitar yang masih banyak ditumbuhi batang Tibarau walaupun daerah ini sudah banyak dihuni/ didiami oleh masyarakat,lalu beliau memberi nama Daerah ini Koto Tibarau dan beliau berkesimpulan bahwa sesuatunya tidak merubah adat istiadat dari Dusun koto pudiang beliau berkesimpulan bahwa sesuatunya tidak merubah adat lokal adat dari koto pudiang yaitu Balai, dan balai ini diberi nama Balai Usang sekali gus memberi reaksi pada nama Koto tibarau dengan nama baru Koto Baru Ba Balai Usang/Koto Baru Balai Usang.
Selanjutnya Rajo Engku Bandaharo meneruskan perjalanan kearah selatan yang saat itu telah dihuni oleh beberapa orang penduduk yang bekerja sebagai petani. Kelompok tersebut masih keturunan dari masyarakat Koto Tibarau/Koto Baru. Dalam perjalanan tersebut Rajo Engku Bahandaro berhenti disebuah tempat yang ada batang kayu besar bernama Ambacang, dan sampai saat ini daerah tersebut bernama Ambacang.
Melihat telah bertambahnya masyarakat didaaerah ambacang tersebut maka Rajo Engku Bandaro memberi nama daerah tersebut dengan nama Perhimpunan ini dikarenakan Orang-orang yang datang tersebut berasal dari Koto Tibarau dan sekarang daerah Ambacang tersebut diberi nama Jorong Parumpuang.
Sehubungan dengan semangkin bertambahnya masyarakat atau penduduk didaerah tersebut membawa reaksi dan berdampak kepada tempat Pemungkinan mereka semangkin sempit. Melihat kondisi tersebut Rajo Engku Bandaharo mengadakan rapat/musyawarah untuk memperluas daerah pemungkinan sekali gus tempat untuk bercocok tanam (bertani) , perjalanan tersebut diarahkan ke bagian Utara dari tempat mereka sekarang atau arah Barat dari Daerah Koto Tibarau/Koto Baru Babalai Usang. Daerah nan baru di tempati ini mereka sepakati dengan Nama Tobek Nan Panjang yang sampai ssekarang Daerah tersebut diberi nama dengan Jorong Tabek Panjang.
Melihat kondisi maasyarakat yang sudah semangkin banyak atau penduduk semangkin bertaambah yang hidup berkelompok-kelompok yang hidup dengan Rasa Kegotong Royongan dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi.
Melihat keadaan tersebut , tiap-tiap kelompok atau pesukuan diberi nama suku pendatang seperti Pesukuan Caniago, Pasukuan Jambak, Pesukuan Sembilan, Pesukuan Melayu. Kemudian ada juga yang disebut dengan Kampung yaitu Hubungan-hubungan kekeluargaan yang terhimpun dalam pesukuan. Tiap-tiap pesukuan itu membuat Rumah yang berhampiaran / berdekatan satu sama lainya yang dikerjakan secara bergotong royong .
Akibat perkembangan Penduduk Koto Baru yang semula berasal dari Koto Pudiang (Simalanggang) terjadilah mufakat antara Pemuka-Pemuka Masyarakat yang terdiri dari Pemuka –Pemuka Adat dan empat jinih yaitu : Ninik Mamak/Penghulu, Cadiak tau Pandai, alim Ulama, Dubalang Adat. Musyawarah tersebut menetapkan tiga tempat tersebut diberinama Koto Baru Simalanggang yaitu daerah: Koto Tibarau/Koto Baru, Parhimpunan/parumpung, Tobek Nan Panjang/Tebat Panjang.